BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laporan
keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi
sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh
perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi
pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua
periode atau lebih, dan dianalisis lebih lanjut sehingga dapat diperoleh data
yang dapat mendukung keputusan yang akan diambil.
Sebelum mengadakan analisis terhadap kondisi dari
laporan keuangan suatu perusahaan serta untuk menilai hasil-hasil yang telah
dicapai ooleh perusahaan, umumnya yang sering digunakan sebagai ukuran adalah
analisis rasio.
Beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli
mengenai arti dari analisis rasio adalah sebagai berikut :“Pengertian rasio
itu sebenarnya hanyalah “Alat” yang dinyatakan dalam aritmatikal yang dapat
digunakan untuk menjelaskan hubungan antara 2 macam data finansial.”
(Bambang Riyanto, 1990: 253)
“Perbandingan antara dua elemen laporan keuangan
yang menunjukkan suatu indikator kesehatan keuangan pada waktu tertentu.”
(Adiningsih, 1998 : 260). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa rasio
adalah alat ukur untuk mengukur kondisi keuangan perusahaan sehingga dapat
menjelaskan atau memberi gambaran tentang posisi keuangan perusahaan kepada
penganalisis.
Berdasarkan sumber datanya, dari mana rasio itu dibuat, Djarwanto membagi
rasio menjadi 3, yaitu :
1.
Rasio-rasio neraca, yaitu
rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya : rasio
lancar (current ratio), rasio cepat (quick ratio), rasio modal sendiri dengan
total aktiva, dan sebagainya.
2.
Rasio laporan laba rugi, yaitu rasio
yang disusun dari data yang berasal dari laporan perhitungan laba rugi,
misalnya : Net Profit Margin (NPM), Profit On Sales, dan sebagainya.
3.
Rasio-rasio antar laporan, yaitu
rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan laporan laba
rugi, misalnya : Return On Investment (ROI), Return On Equity (ROE), dan sebagainya.
(Djarwanto P.S, 1984 :136)
Berdasarkan
tujuan penganalisisnya, Adiningsih membagi rasio keuangan menjadi 6 kategori,
yaitu :
1.
Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio),
bertujuan mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya.
2.
Rasio Hutang (Leverage Ratio),
bertujuan mengukur seberapa besar operasi perusahaan dibiayai dengan hutang.
3.
Rasio Aktivitas (Activity Ratio),
bertujuan mengukur efektifitas operasi perusahaan dalam memanfaatkan
sumber-sumber dana yang ada.
4.
Rasio keuntungan (Profitability
Ratio), bertujuan mengukur efektifitas operasi perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan.
5.
Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio),
bertujuan mengukur kemampuan perusahaan dalam persaingan dengan
perusahaan-perusahaan lain pada industri yang sama.
6.
Rasio Penilaian (Valuation Ratio),
bertujuan mengukur kemampuan manajemen untuk menciptakan nilai pasar agar
melebihi biaya modalnya.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah yang
diambil dalam makalah ini, antara lain:
1.
Bagaimana
menganalisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio likuiditas ?
2.
Bagaimana
menganalisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio hutang?
3.
Bagaimana
menganalisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio aktivitas ?
4.
Bagaimana
menganalisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio profitabilitas ?
5.
Bagaimana
menganalisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio pertumbuhan ?
6.
Bagaimana
menganalisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio penilaian ?
C. Tujuan
Adapun
tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan penulisan makalah ini, antara lain:
1.
Untuk
mengetahui cara menganalisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio
likuiditas ?
2.
Untuk
mengetahui cara menganalisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio hutang?
3.
Untuk
mengetahui cara menganalisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio
aktivitas ?
4.
Untuk
mengetahui cara menganalisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio
profitabilitas ?
5.
Untuk
mengetahui cara menganalisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio
pertumbuhan ?
6.
Untuk mengetahui
cara menganalisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio penilaian ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Dasar Analisa Laporan Keuangan
Analisis dan interprestasi laporan
keuangan adalah merupakan suatu proses untuk membantu memecahkan dan sekaligus
menjawab masalah-masalah yang timbul dalam suatu organisasi perusahaan maupun
organisasi yang tidak bertujuan untuk memperoleh laba. Analisis dan laporan
keuangan adalah suatu alat yang dapat dipergunakan untuk membuat suatu
keputusan, antara lain mengenai rencana-rencana perluasan perusahaan, penanaman
modal (investasi), pencarian sumber-sumber dana operasi perusahaan, bagi
penanam modal (investor). Analisis atas ikhtisar keuangan juga merupakan suatu
alat yang sangat membantu di dalam proses penilaian dan memproyeksikan keadaan
keuangan dan hasil usaha suatu proyek atau perusahaan. Jadi analisis dan
interprestasi bukanlah merupakan tujuan, tetapi analisis dan interprestasi
hanyalah merupakan suatu alat untuk membuat atau mengambil keputusan untuk
mencapai tujuan tersebut.
Pengertian lain tentang analisa
laporan keuangan adalah: “Analisa laporan keuangan mencakup penerapan metode
dan teknik analitis atas laporan keuangan dan data lainnya untuk melihat dari
laporan itu ukuran-ukuran dan hubungan tertentu yang sangat berguna dalam
proses pengambilan keputusan”. Menurut Bersntein, yaug dikutip oleh Harahap
(1997, hal 190) dikemukakan bahwa pengertian Analisa laporan keuangan sebagai
berikut: “ Mempelajari hubungan-hubungan di dalam suatu setiap laporan
keuangan pada suatu saat tertentu dan kecenderungan-kecenderungan dari hubungan
itu sepanjang waktu ”.
B. Tujuan
Analisa Laporan Keuangan
Analisa laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan
untuk menambah informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan, kegunaan atau
tujuan dari analisa laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1. Dapat
memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari
laporan keuangan biasa.
2. Dapat
menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata dari suatu laporan
keuangan atau yang berada dibalik laporan keuangan.
3. Dapat
mengetahui kesalahan yang terkandung di dalam laporan keuangan.
4. Dapat
membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu
laporan keuangan baik dikaitkannya dengan komponen intern laporan keuangan
maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dan luar perusahaan.
5. Dapat
menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang
sudah dikenal dalam dunia bisnis.
6. Dapat
membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode
sebelumnya atau dengan standar industri normal atau industri ideal.
7. Dapat
memahami situasi dan kondisi keuangan yaug dialami perusahaan, baik posisi keuangan,
hasil usaha, stuktur keuangan, dan sebagainya.
8. Bisa juga
memprediksi potensi apa mungkin dialami perusahaan dimasa yang akan datang.
C. Analisa
Rasio Keuangan
Untuk menilai kondisi keuangan dan
prestasi perusahaan, analis keuangan memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur
yang sering dipakai adalah rasio atau indeks, yang menghubungkan dua data
keuangan yang satu dengan yang lainnya. Analisis dan interprestasi dari
macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi
keuangan dan prestasi perusahaan bagi para analis yang ahli dan berpengalaman
dibandingkan analisis yang hanya didasarkan atas data keuangan sendiri-sendiri
yang tidak berbentuk rasio.
Rasio keuangan adalah angka yang
diperoleh dan hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos
lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti), misalnya
antara Hutang dan Modal, antara kas dan Total assets, dan sebagainya, sedangkan
Analisa rasio menurut (Sundjaja, 1999: hal. 73) adalah “Suatu metode
perhitungan dan interprestasi rasio keuangan untuk menilai kinerja dan status
suatu perusahaan”.
D. Keunggulan
Analisa Rasio
Analisa rasio memiliki suatu
kelebihan atau keunggulan dibandingkan teknik analisa lainnya, adapun keunggulan
analisa rasio adalah:
1.
Rasio merupakan angka-angka atau
ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
2.
Merupakan pengganti yang lebih
sederhana dan merupakan informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat
rinci dan rumit.
3.
Mengetahui posisi perusahaan
ditengah industri lain.
4.
Sangat bermanfaat untuk bahan dalam
mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z score).
5.
Menstandarisir size
perusahaan.
6.
Melihat perkembangan perusahaan
secara periodik atau “time series”.
7.
Lebih mudah melihat trend
perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang.
8.
Lebih mudah memperbandingkan
perusahaan dengan perusahaan lain.
E. Keterbatasan
Analisa Rasio
Disamping keunggulan yang dimiliki
oleh suatu analisa rasio, teknik analisa rasio juga memiliki beberapa
keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya agar kita tidak salah
dalam penggunaanya. Adapun keterbatasan yang dimiliki oleh suatu analisa rasio
adalah:
1.
Kesulitan dalam memilih rasio yang
tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.
2.
Keterbatasan yang dimiliki akuntansi
atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik seperti: misi yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar, metode
pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh
perusahaan yang berbeda.
3.
Jika data untuk menghituug rasio
tidak tersedia maka akan kesulitan dalam menghitung rasio.
4.
Sulit jika data yang tersedia tidak
sinkron.
5.
Jika dua perusahaan dibandingkan
bisa saja teknik dan standar akuntansi yang
dipakai tidak sama, oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.
dipakai tidak sama, oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.
F. Jenis-jenis
Rasio Keuangan
Setiap jenis rasio keuangan
mempunyai kegunaan untuk analisis yang berbeda, dipandang dari yang menggunakan
dan tujuan penggunaan, untuk itu rasio keuangan terdiri dari beberapa jenis
rasio. Sesuai dengan tujuannya bahwa analisa rasio digunakan untuk menilai
kondisi keuangan perusahaan atau prestasi perusahaan dengan membandingkan
pos-pos yang terdapat di dalam laporan keuangan suatu perusahaan, pada dasarnya
rasio keuangan bisa dikelompokkan menjadi enam kelompok rasio yaitu:
1.
Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan
suatu indikator mengenai kemampauan perusahaan-peruasahaan membayar semua
kewajiban fianansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan
aktiva lancar yang tersedia. Likuidiatas tidak hanya berkenaan dengan keadaan
keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuannya
mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas.
Riyanto
(2008:25) menyatakan bahwa “likuiditas adalah masalah yang berhubungan
dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban financialnya
yang segera harus dipenuhi”.
Yang
termasuk ke dalam rasio likuiditas adalah sebagai berikut:
a.
Current Ratio
(Rasio Lancar)
Current
ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dan
merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu
perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Current
ratio menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi kewajiban-kewajiban
lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar
semakintinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Menurut
(Sawir, 2009:10) “Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan
terjadinya masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu
tinggi juga kurang bagus, karean menunjukkan banyaknya dana menganggur yang
pada akhirnya dapat mengurangi kemampulabaan perusahaan”. (Riyanto, 2001:28) menyatakan bahwa “apabila mengukur tingkat likuiditas
dengan menggunakan current ratio sebagai alat pengukurnya, maka tingkat
likuiditas atau current ratio suatu perusahaan dapat dipertinggi dengan cara:
1)
Dengan utang lancar tertentu,
diusahakan untuk menambah aktiva lancar.
2)
Dengan aktiva lancar tertentu,
diusahakan untuk mengurangi jumlah utang lancar.
3)
Dengan mengurangi jumlah utang
lancar sama-sama dengan mengurangi aktiva lancar.”
b.
Quick
Ratio (Rasio Cepat)
Rasio ini disebut juga acid test
rasio yang juga digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Penghitungan quick ratio dengan
mengurangkan aktiva lancar dengan persediaan.
Hal ini dikarenakan persediaan
merupakan unsur aktiva lancar yang likuiditasnya rendah dan sering mengalami
fluktuasi harga serta menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditas. Jadi rasio
ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid
mampu menutupi hutang lancar.
Sawir (2009:10) mengatakan bahwa “quick
ratio umumnya dianggap baik adalah semakin besar rasio ini maka semakin baik
kondisi perusahaan”.
c.
Cash ratio
(Rasio Kas)
Rasio ini
merupakan rasio yang menunjukkan posisi kas yang dapat menutupi hutang lancar
dengan kata lain cash ratio merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan kas
yang dimiliki dalam manajemen kewajiban lancar tahun yang bersangkutan.
2.
Rasio
Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang
mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan semua sumber daya yang
ada padanya. Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat
penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio-rasio aktivitas
menganggap bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan
dan beragai unsur aktiva misalnya persediaan, aktiva tetap dan aktiva lainya.
Yang
termasuk ke dalam rasio aktivitas adalah sebagai berikut:
a.
Total
Assets Turn Over (perputaran aktiva)
Total assets
turn over merupakan perbandingan antara penjualan dengan total
aktiva suatu perusahaan dimana rasio ini menggambarkan kecepatan perputarannya
total aktiva dalam satu periode tertentu.
Total assets
turn over merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan
keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu (Syamsuddin,
2009:19).
b.
Working
Capital Turn Over (Rasio Perputaran Modal
Kerja)
Perputaran
modal kerja merupakan perbandingan antara penjualan dengan modal kerja bersih.
Dimana modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi utang lancar.
Perputaran
modal kerja merupakan rasio mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva
lancar atas kewajiban lancar serta menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah)
yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja (Sawir,
2009:16).
c.
Rasio
Perputaran Aktiva Tetap (fixed assets turnover)
Rasio ini
merupakan perbandingan antara penjualan dengan aktiva tetap. Fixed assets turn
over mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap
seperti pabrik dan peralatan, dalam rangka menghasilkan penjualan, atau berapa
rupiah penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan
pada aktiva tetap (Sawir, 2003:17).
Rasio ini
berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan menggunakan aktivanya secara
efektif untuk meningkatkan pendapatan. Kalau perputarannya lambat (rendah),
kemungkinan terdapat kapasitas terlalu besar atau ada banyak aktiva tetap namun
kurang bermanfaat, atau mungkin disebabkan halhal lain seperti investasi pada
aktiva tetap yang berlebihan dibandingkan dengan nilai output yang akan
diperoleh. Jadi semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif penggunaan
aktiva tetap tersebut.
d.
Rasio
perputaran persediaan (inventory turnover)
Inventory
turnover menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam inventory
berputar dalam suatu periode tertentu, atau likuiditas dari inventory
dan tendensi untuk adanya overstock (Riyanto, 2008:334).
Rasio
perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang.
Rasio ini merupakan indikasi yang cukup popular untuk menilai efisiensi
operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal
yang ada pada persediaan.
Ada dua
masalah yang timbul dalam perhitungan dan analisis rasio perputaran persediaan.
Pertama, penjualan dinilai menurut harga pasar (market price), persediaan
dinilai menurut harga pokok penjualan (at Cost), maka sebenarnya rasio
perputaran persediaan (at cost) digunakan untuk mengukur perputaran fisik
persediaan. Sedangkan rasio yang dihitung dengan membagi penjualan dengan
persediaan mengukur perputaran persediaan dalam kas (Sawir,
2003:15).
e.
Rata-rata
umur piutang
Rasio ini
mengukur efisiensi pengolahan piutang perusahaan, serta menunjukkan berapa lama
waktu yang diperlukan untuk melunasi piutang atau merubah piutang menjadi kas.
Rata-rata umur piutang ini dihitung dengan membandingkan jumlah piutang dengan
penjualan perhari. Dimana penjualan perhari yaitu penjualan dibagi 360 atau 365
hari.
f.
Perputaran
Piutang
Piutang yang
dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan volume
penjualan kredit. Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat
dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang tersebut yaitu dengan
membagi total penjualan kredit (neto) dengan piutang rata-rata.
Makin tinggi
rasio (turnover) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang
rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti ada over investment
dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut, mungkin karena bagian
kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin ada perubahan dalam
kebijak sanaan pemberian kredit.
3.
Rasio Hutang (Leverage)
Rasio leverage adalah rasio
yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva yang dimiliki perusahaan
berasal dari hutang atau modal, sehingga dengan rasio ini dapat diketahui
posisi perusahaan dan kewajibannya yang bersifat tetap kepada pihak lain serta
keseimbangan nilai aktiva tetap dengan modal yang ada. Sebaiknya komposisi
modal harus lebih besar dari hutang. Yang
termasuk dalam rasio leverage antara lain:
a.
Rasio total hutang terhadap total
aktiva (debt ratio)
Rasio total
hutang terhadap total aktiva menunjukkan besarnya total hutang terhadap
keseluruhan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini hanya
merupakan persentase dana yang diberikan oleh kreditor bagi perusahaan.
Rumusnya sebagai berikut:
Debt ratio = Total liabilities x 100
%
Total assets
b.
Rasio total hutang terhadap total
ekuitas (debt to equity ratio)
Rasio ini
dapat digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar jumlah rupiah modal
sendiri yang dijaminkan atas hutang. Semakin besar rasio ini akan semakin
menguntungkan perusahaan, sedangkan bagi pihak bank akan mengakibatkan semakin
besar risiko yang ditanggungnya. Rumusnya sebagai berikut:
Debt to equity ratio = Total
liabilities x 100 %
Common
equity
TD Equity = (Hut. Lancar + Hut. Jangka Panjang)/Jumlah
Modal Sendiri
c.
Rasio kemampuan membayar bunga (times-interest
earned ratio)
Rasio ini
dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan perusahaan dalam
membayar beban bunga dan memenuhi pembayaran bunga bagi kreditor. Rumusnya
sebagai berikut:
Times-interest earned ratio = EBIT / Interest expense
d. Total Debt
To Total Capital Assets
Ratio ini
digunakan untuk mengukur bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin
keseluruhan kewajiban atau hutang. Rumusnya sebagai berikut :
TD Capital
Assets = (Aktiva Lancar + Hutang Jangka Panjang) / Jml Aktiva
e. Long Term
Debt to Equity Ratio
Ratio ini
digunakan untuk mengukur bagian dari modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk
hutang jangka panjang. Rumusnya adalah sebagai berikut :
LTD Equity
Ratio = Hutang Jangka Panjang / Modal Sendiri
f. Tangible
Assets Debt Coverage
Rasio ini
digunakan untuk mengukur besar aktiva tetap tangible yang digunakan untuk
menjamin hutang jangka panjang, rumusnya adalah sebagai berikut :
TAD Coverage = ( Jml Aktiva + Tangible + Hutang Lancar)
Hutang Jangka Panjang
4.
Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan
rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang tingkat
efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas
manajemen disini dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan
investasi perusahaan. Rasio ini disebut juga rasio rentabilitas.
(Syafri, 2008:304) menyatakan bahwa
“Rasio profitabilitas merupakan rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatka laba melalui semua
kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah
karyawan, jumlah cabang dan sebagainya”
a.
Gross
Profit Margin (Margin Laba Kotor)
Gross profit margin merupakan
rasio yang mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya,
mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien (Sawir,
2009:18).
(Syamsuddin, 2009:61) menyatakan bahwa: “Gross
profit margin merupakan persentase laba kotor dibandingkan dengan sales.
Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi perusahaan,
karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif lebih rendah
dibandingkan dengan sales, demikian pula sebaliknya, semakin rendah gross
profit margin semakin kurang baik operasi perusahaan”.
b.
Net Profit
Margin (Margin Laba Bersih)
Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap
penjualan. Semakin tinggi Net profit margin semakin baik operasi suatu
perusahaan.
c.
Rentabilitas
Ekonomi/ daya laba besar/ basic earning power
Rentabilitas ekonomi merupakan perbandingan laba
sebelum pajak terhadap total asset. Jadi rentabilitas ekonomi mengindikasikan
seberapa besar kemampuan asset yang dimiliki untuk menghasilkan tingkat
pengembalian atau pendapatan atau dengan kata lain Rentabilitas Ekonomi
menunjukkan kemampuan total aset dalam menghasilkan laba.
(Sawir, 2009:19) berpendapat bahwa: “Rentabilitas
ekonomi mengukur efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumberdaya
yang menunjukkan rentabilitas ekonomi perusahaan”.
Rentabilitas ekonomi dapat ditentukan dengan mengalikan
operating profit margin dengan asset turnover. Menurut (Sawir, 2009:19), “Rendahnya
Rentabilitas Ekonomi tergantung dari: Asset Turnover dan
Operating Profit Margin”.
Menurut (Syamsuddin, 2009:61) “Operating profit
margin merupakan perbandingan antara laba usaha dan penjualan. Operating profit
margin merupakan rasio yang menggambarkan apa yang biasanya disebut pure profit
yang diterima atas setiap rupiah dari penjualan yang dilakukan”.
Operating profit disebut
murni (pure) dalam pengertian bahwa jumlah tersebutlah yang benar-benar
diperoleh dari hasil operasi perusahaan dengan mengabaikan kewajiban- kewajiban
finansial berupa bunga serta kewajiban terhadap pemerintah berupa pembayaran
pajak. Apabila semakin tinggi operatig profit margin maka akan semakin baik
pula operasi suatu perusahaan.
d.
Return on
Investment
Menurut (Syamsuddin,
2009:63) “Return on investment merupakan perbandingan antara laba bersih
setelah pajak dengan total aktiva. Return on investment adalah merupakan rasio
yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan
keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan”.
Menurut (Syafri, 2008:63), “Semakin tinggi rasio
ini semakin baik keadaan suatu perusahaan. Return on investment merupakan rasio
yang menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila di ukur
dari nilai aktiva”.
Atau dapat juga dihitung dengan: ROI = Net
profit margin x Assets turn over
e.
Return on
Equity
Menurut (Syafri,
2008:305): “Return on equity merupakan perbandingan antara laba bersih
sesudah pajak dengan total ekuitas. Return on equity merupakan suatu pengukuran
dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik
pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka
investasikan di dalam perusahaan”.
Menurut (Sawir
2009:20), “Return on equity adalah rasio yang memperlihatkan sejauh
manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur
tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri
atau pemegang saham perusahaan. ROE menunjukkan rentabilitas modal
sendiri atau yang sering disebut rentabilitas usaha”.
f.
Earning
per share (EPS)
Menurut (Syafri, 2008:306), Earning per share
adalah rasio yang menunjukkan berapa besar kemampuan perlembar saham dalam
menghasilkan laba.
Menurut (Syamsuddin,
2009:66) “Earning per share merupakan rasio yang menggambarkan jumlah rupiah
yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa.” Oleh karena itu pada
umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham
sangat tertarik akan earning per share. Earning per share
adalah suatu indikator keberhasilan perusahaan.
5.
Rasio
Pertumbuhan
Rasio
pertumbuhan (growth ratio) mengukur kemampuan perusahaan untuk mempertahankan
posisi ekonominya dalam pertumbuhan perekonomian dan industri. Rasio
pertumbuhannya pada dasarnya dilakukan dengan membandingkan data keuangan
secara historis (time series).
Analisis
terhadap data historis diperlukan untuk melihat trend yang mungkin timbul. Data
historis perusahaan sebaiknya juga dibandingkan dengan data historis industri,
sehingga diketahui apakah trend perusahaan bergerak relatif lebih baik terhadap
trend industri.
Rasio
komprehensif adalah rasio yang menunjukkan kinerja keuangan secara menyeluruh.
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah analisis menggunakan
pendekatan DuPont.
DuPont
mengembangkan analisis yang memisahkan profitabilitas dengan pemanfaatan aset (asset
utilization). Analisis ini menghubungkan tiga macam rasio sekaligus, yaitu:
ROA, Profit Margin, Perputaran Aktiva
Rasio pertumbuhan menggambarkan
persentasi pertumbuhan pos-pos perusahaan dari tahun ke tahun.
1. Kenaikan Penjualan = Penjualan
Tahun Ini - Penjualan Tahun Lalu
Penjualan Tahun Lalu
2. Kenaikan Laba Bersih = Laba
Bersih Tahun Ini - Laba BersihTahun Lalu
Laba Bersih Tahun Lalu
3. Earning Per Share = Earning Per
Share Tahun Ini - Earning Per Share Tahun Lalu
Earning Per Share Tahun Lalu
4.
Kenaikan DPS
= DPSTahun Ini - DPS Tahun Lalu
DPS Tahun
Lalu
Keterangan :
DPS = Dividen Per Share
6. Rasio Penilaian
Rasio ini
bermanfaat untuk mengukur kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar
yang melampaui pengeluaran biaya investasi. Rasio penilaian (Valuation Ratio)
merupakan ukuran yang paling lengkap tentang prestasi perusahaan, karena
mencerminkan rasio risiko dan rasio pengembalian. Rasio ini sangat penting karena
rasio tersebut berkaitan langsung dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan
dan kekayaaan para pemegang saham. Salah satu bagian dari rasio ini adalah
Price to Book Value (PBV).
Menurut
(Sutrisno, 2000 : 268), “Rasio PBV digunakan untuk mengetahui seberapa besar
harga saham yang ada di pasar dibandingkan dengan nilai buku sahamnya”. Semakin
tinggi nilai rasio ini semakin besar tambahan kekayaan (wealth) yang dinikmati
oleh pemilik perusahaan.
PBV = Harga Saham / Nilai Buku
Perusahaan.
Selain itu,
model penilaian saham lain yang sering dipergunakan adalah Pendekatan PER
(Price Earning Ratio). Rasio ini membandingkan antara harga saham (informasi
yang diperoleh dari pasar modal) dan laba per lembar saham yang diperoleh
pemilik perusahaan (informasi yang disajikan dalam laporan keuangan).
PER = Harga Saham / EPS.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Rasio-rasio
likuiditas yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan antara
lain: Current Ratio (Rasio Lancar), Quick Ratio (Rasio
Cepat), dan Cash ratio (Rasio Kas).
2.
Rasio-rasio
aktivitas yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan antara lain:
Total Assets Turn Over (perputaran aktiva), Working Capital Turn Over (Rasio Perputaran
Modal Kerja), Rasio Perputaran Aktiva Tetap (fixed assets turnover),
Rasio perputaran persediaan (inventory turnover), Rata-rata umur
piutang, dan Perputaran Piutang.
3.
Rasio-rasio
hutang (leverage) yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan
antara lain: Rasio total hutang terhadap total aktiva (debt
ratio), Rasio total hutang terhadap total ekuitas (debt to equity
ratio), Rasio kemampuan membayar bunga (times-interest earned ratio),
Total Debt To Total Capital Assets, Long Term Debt to Equity Ratio,
dan Tangible Assets Debt Coverage.
4.
Rasio-rasio
profitabilitas yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan antara
lain: Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor), Net Profit Margin (Margin Laba Bersih),
Rentabilitas Ekonomi/ daya laba besar/ basic earning power, Return on
Investment, Return on Equity, dan Earning per share (EPS).
5.
Rasio-rasio
pertumbuhan yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan antara
lain: Rasio komprehensif dengan
menggunakan pendekatan DuPont.
6.
Rasio-rasio
penilaian yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan antara lain:
Price to
Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio (PER).
B. Saran
Dalam menganalisis laporan keuangan perusahaan, perlu
diperhatikan mengenai komponen-komponen yang ada di dalam laporan keuangan yang
perlu dianalisis sebelum menentukan rasio keuangan yang harus digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
http://hafismuaddab.wordpress.com/2012/03/10/analisa-laporan-keuangan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar